Terkadang
perpisahan menjadi sesuatu yang sangat berat. Apalagi jika berpisah
dengan sesuatu yang selama ini begitu dekat. Perpisahan antara orang tua
dan anak, perpisahan sepasang kekasih, perpisahan dua sahabat. Namun,
apalagi yang bisa kita lakukan jika hal itu memang harus terjadi?
Mengapa
perpisahan terasa begitu menyedihkan? Mungkin pertanyaan itu sempat
terbesit di pikiran kita ketika menghadapi sebuah perpisahan. Perpisahan
adalah sebuah kondisi melebarnya jarak antara dua objek atau lebih.
Jika kita berbicara manusia sebagai objeknya, maka perpisahan ini
berarti semakin jauhnya posisi antara orang yang satu dengan yang lain.
Akibatnya seseorang memerlukan usaha yang lebih besar untuk bertemu
kembali. Jarang, sulit, atau mungkin tidak akan bertemu kembali.
Yang
membuat kita sedih adalah karena kita sudah menemukan sebuah kenyamanan
dalam kedekatan tersebut dan harus kehilangan itu semua. Kenyamanan itu
bisa karena kita melihatnya, mendengar suaranya, menyentuhnya,
berdiskusi, bahkan bertengkar dengannya pun kita merasa nyaman.
Lalu apa yang harus kita lakukan untuk menghadapi perpisahan itu?
Tidak
ada. Pada beberapa hal yang wajar, ketika perpisahan itu terjadi, maka
terjadilah. Kita harus merelakan perpisahan itu ketika kita tidak
memiliki hak apapun terhadapnya.
Dan marilah kita pahami lagi arti
perpisahan dari sisi yang berbeda. Perpisahan tercipta karena adanya
pertemuan. Kita bisa melihat ada suatu kondisi awal pada saat sebelum
pertemuan. Kemudian kondisi itu berubah dengan adanya pertemuan antara
kita dan ‘sesuatu’ tersebut. Perpisahan adalah sebuah proses dimana
kondisi kini kembali pada kondisi awal. Bukankah itu artinya kita pernah
menjalani saat-saat tanpa adanya ‘sesuatu’ tersebut? Kita pernah
mengalaminya dan bisa, sehingga tidak ada alasan kita tidak bisa
menjalani hidup setelah perpisahan itu.
Jika kita berbicara
tentang jarak, sejauh apa sesungguhnya perpisahan itu? Bisa beberapa
kilometer, beberapa kota, beberapa pulau, beberapa negara, hingga jarak
yang begitu jauh dan tak tergapai. Beruntung kita lahir di dunia yang
memungkinkan kita untuk memperpendek jarak, yaitu dengan bantuan alat
komunikasi. Meskipun beberapa orang mengaku pertemuan langsung itu tidak
tergantikan, tapi alat komunikasi bisa sedikit mengobati kesedihan
karena perpisahan itu.
Bagaimana jika tak satu pun alat komunikasi
mampu menjangkaunya? Maka percayalah bahwa ‘sesuatu’ itu dekat… di hati
kita. Kapan? Yaitu ketika kita mengingatnya. Percayalah bahwa kedekatan
itu sama dengan yang selama ini kita rasakan sebelum perpisahan.
Kemudian cobalah untuk merasakan kembali kenyamanan itu.
Kawan,perpisahan
itu memang menyedihkan. Namun, jika perpisahan itu harus terjadi, maka
hadapilah. Jika memang jauh dekatnya ‘sesuatu’ itu bergantung pada
sesering apa kita mengingatnya, maka kita sendirilah yang memegang
kendalinya.
Demi kemajuan kita semua segeralah bergabung bersama
kami di Fans Page :Broken Heart Survival Guide, untuk mendapatkan
materi-materi berkualitas lainnya untuk sebuah infestasi besar dalam
hidup Anda.
Indahnya berbagi cerita dan cinta terhadap orang lain seperti Anda.
Salam revolusi cinta
Home » Eex Ferrilianto
» Perpisahan, saat itu harus datang dan terjadi (melihat perpisahan dari sisi lain)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 Response to "Perpisahan, saat itu harus datang dan terjadi (melihat perpisahan dari sisi lain)"
Post a Comment