Hello sobat!
Salam sehangat-hangatnya dari saya, yang akhirnya sempat juga menulis artikel untuk Anda. Bukan karena faktor sombong ataupun sibuk, namun saya memang tipe seniman yang sangat verbal. Sehingga setiap kali saya mulai mengetik ide-ide dan topic-topik yang ingin saya bagikan, selalu saja terbersit di kepala saya: "Ah, lebih enak cerita langsung aja deh.. Lebih dapet feel-nya.. (a Story-teller's curse, and the Lazy one's blessing)," dan seketika itu juga biasanya disusul ajakan hangout teman-teman untuk menculik diri dan waktu luang saya.
Setelah Jet dan Kei mengoceh agar saya menulis artikel, maka sekarang saya akan membawakan sebuah topik unik. Sebuah topik yang sangat familiar di kalangan para pria dari segala umur. Sebuah fenomena yang bisa menjadi racun pembunuh masal, pembunuh paling tak terdeteksi sekaligus obat bagi jiwa-jiwa muda yang dinamis.
Ya, racun sekaligus obat multiguna yang paling ADIKTIF dalam kurun waktu 6 tahun ini, dan entah hingga berapa tahun lagi kedepan.
Fenomena itu adalah sebuah game Real Time Strategy
Fenomena itu bernama DotA, atau Defense of the Ancients
Sebuah game komputer, di mana Anda bisa dikatakan seorang pria 'IMBA' kalau belum mencobanya.. (IMBA: Imbalance - jargon khas DotA).
Saya tidak akan membahas how to play or who's the creator, karena 85% pria adalah gamer, dan semua gamer paham betul akan game ini. DotA tercatat dalam sejarah game sebagai sebuah fenomena sosial karena penyebarannya sungguh sangat cepat, sangat menular sampai sempat diasosiasikan sebagai 'Black Death'. Penyakit yang pernah menyebar dengan kecepatan Formula-1 dan membunuh puluhan juta warga Eropa, terpusat di London pada abad pertengahan.
Dan ehm.. saya pun adalah seorang gamer. Saya juga seorang Ex-DotA player yang, menurut teman-teman saya, tergolong 'Dewa' (Dewa=Sangat Jago! Juga sangat kronis terjangkit virusnya). Karena itu saya sangat paham dan selalu bergairah untuk membahas pengaruh-pengaruh dari game hebat ini.
Sekali lagi, artikel kali ini saya dedikasikan untuk para gamers yang telah terjerumus dalam dunia game online/offline (mostly online). Saya ingin menyelamatkan Anda dari warnet ataupun Game Center. Dan berharap, ini akan menjadi inspirasi dan momen transformasi terbesar dalam hidup Anda.
Ah, tidak jadi berharap deh.. saya YAKIN akan hal ini.
Ok, saya akan mulai berceloteh, jadi persiapkan jiwa Anda untuk memahami. Apabila Anda bukan seorang gamer, Anda cukup mensyukuri ketidak tertarikan Anda pada game ini. Tapi di satu sisi, Anda kurang beruntung karena Anda bukan gamer. Ini selalu saya jelaskan di setiap Workshop Hitman System ketika membicarakan topic Improving Your Hobbies and Interests.
Kira-kira beberapa minggu yang lalu, persis di hari-hari liburan Lebaran saya yang diambang kepunahan, saya menginap di Kei's Glossy Crib. Personel yang biasanya berada disana adalah Kei, Yuki, Sins dan saya. Kebetulan Dexter dan EL yang kuliah di Singapura juga sedang liburan ke Jakarta dan mereka menginap di sana juga.
Semakin glossy saja rumah ini..
Waktu itu Kei dan Yuki sudah mulai bekerja, dan sisanya masih menikmati suasana liburan. Kami berempat hampir mengalami gizi buruk karena terlalu mengeksploitasi liburan dengan kegiatan-kegiatan seru dan menantang tanpa diimbangi dengan makanan yang cukup, khususnya di pagi-siang hari.
Saat itu saya harus melunasi pembayaran SKS kampus, sehingga Sins, EL dan Dexter menemukan alasan untuk sarapan dengan mengantar saya ke kampus yang notabene adalah pusatnya makanan murah sesuai dengan kantong mahasiswa. Berangkatlah kami semua dan menemukan tempat makan persis di depan kampus. Banyak sekali mahasiswa yang mondar-mandir. Saya sendiri pun kaget karena sudah lama sekali tidak kuliah.
Dexter dan EL heran melihat hampir semua mahasiswa/i disini tidak memperhatikan fashion. Padahal kampus saya ini termasuk 5 besar di Jakarta! Mereka berpakaian asal, gombrong, tabrakkan, kaos timpa jaket motor khas kampus, dll. Sehingga banyak vitamin menjadi turun nilai karena fashion yang buruk.
Lalu saya, yang masih kuliah di sana dan Sins, yang juga alumni kampus ini mencoba menjawab pertanyaan Dexter sekaligus menganalisa se-obyektif mungkin tentang etos dan budaya mahasiswa di sana. Bahkan seringkali OOT (out of topic) dengan membicarakan prospek bisnis di daerah sekitar kampus ini.
Sebagai mahasiswa kampus tersebut, tentu saya mencoba mencari hal positif dari kampus ini. Lalu saya menemukannya! "Guys, biar gini-gini juga, semua mahasiswa sini jago loh gaming en programmingnya. Especially DotA-nya! Sering juara umum! Soalnya hiburan utama anak-anak sini yah DotA itu, dimana-mana lu pasti denger semua anak ngomongin DotA deh.." dengan nada penuh keyakinan.
Tiba-tiba saja..
"Oi, sial! Yurnero gw tadi Triple kill lu enggak gaji!??"
"Yah, semua hero juga kalo itemnya udah kayak gitu yah IMBA lah! Coba tadi gw enggak salah pick hero, eggak bakal jadi beban kale!"
"Ah alibi lo, cupu yah cupu aje. Maen Razor tapi enggak nge-kill yah namanya cupu!"
Kami berempat langsung shock sambil melihat meja sebelah. Baru saja saya menyebutkan suatu statement general, langsung dibenarkan oleh empat pria dengan dandanan after-wake yang sedang membahas pertarungan akbar mereka yang baru saja terjadi di warnet terbesar di dekat restoran ini. Warnet raksasa yang menurut Sins adalah tempat clubbing bagi mereka.
Kami tertawa. Dan saya menjadi terinspirasi untuk mulai membahas korelasi antara DotA dengan Romansa. Tentunya saya lakukan dengan hati-hati, supaya empat pria tadi tidak balik menertawakan kami.
Sepulang dari sana, saya berpikir..
Hmmm..
Mengapa sebagian besar gamer tidak menarik? Dan selalu saja kehidupan romansanya buruk, bahkan kosong.. tidak perduli betapa DEWA-nya sang gamer, tetap saja wanita tidak tertarik. Entah kenapa para gamer offline maupun online ini menjadi apatis terhadap dinamika masyarakat dan terus-terusan tenggelam dalam kenyamanan bermain, sehingga mereka jauh dari dunia romansa dan dari sosok wanita.
"Ah, enggak juga! Temen gue ada yang gamer gila tapi ceweknya vitamin dan kehidupan romansanya lancar.."
Kalimat diatas adalah sikap defensif khas seorang gamer ketika mendengar saya berkomentar tentang kenyataan bahwa mereka jauh dari wanita dan kehidupan romansa yang menyenangkan. Biasanya saya akan setuju. Memang, ada juga yang nyandu nge-game tapi kehidupan romansanya lancar.
Tapi itu TEMAN Anda. Dan jelas-jelas BUKAN Anda!
Justru orang seperti itu yang harus Anda tiru, minimal harus Anda perhatikan!
Pria seperti itu memiliki otak penuh imajinasi dan bisa mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata. Ini yang selama ini saya lakukan setelah bergabung dengan Hitman System, sampai akhinya sekarang saya menjadi seorang instruktur dan memiliki kehidupan romansa yang menyenangkan!
Sobat, dari kecil kita bermain game untuk belajar dan bermain, sekaligus melatih imajinasi, belajar bahasa Inggris dan menemukan jati diri. Anda melakukan itu melalui konsol, dan konsol saja, seperti SEGA, Nintendo, Playstation dll.
Tapi itu ketika Anda masih bocah yang belum memiliki banyak pilihan. Sekarang Anda sudah dewasa, ketahuilah konsol sudah bukan hidup Anda lagi. Kita seharusnya sudah tidak lagi menjadikan game sebagai guru kita, namun sebagai INSPIRASI kita untuk meningkatkan kehidupan sosial kita agar semakin berwarna dan menarik! Tapi kebanyakan gamer justru menjadikan game sebagai tempat pelarian diri karena tidak memiliki kehidupan sosial dan romansa yang menyenangkan.
Saya merasa kasihan terhadap teman-teman saya yang 'berdomisili' di depan komputer untuk selalu bermain game, tanpa tertarik untuk berdiri dan menatap masyarakat, dan tentunya berhadapan dengan wanita. Padahal gamer itu memiliki imajinasi kuat, punya segudang teknik untuk menyelesaikan masalah yang penuh tantangan dan yang jelas, gamer memiliki kreatifitas spontan!
Itu adalah kualitas yang hebat sekali, sobat.. dan itu lebih dari cukup untuk survive dari roda sosial yang menggilas dengan pilihan dan masalah.
Ada teman-teman saya yang non-gamer mengakui betapa irinya mereka terhadap para gamer. Karena non-gamer ini menyadari bahwa mereka tidak memiliki segudang imajinasi yang biasanya dimiliki oleh para gamer untuk membuat wanita merasa nyaman dan menimbulkan ketertarikan.
Guys, remind your brain! Wanita itu MENYUKAI imajinasi!
Sungguh sebuah paradoks sosial dimana pria yang memiliki kekuatan utama untuk mendapatkan hati wanita, malah justru kekurangan wanita.. Inilah yang membuat saya selalu gemas ingin mengobrak-abrik isi perut para gamer.
Bayangkan di sebuah kota angker Anda melihat seorang exorcist (pengusir setan) yang autis bermain-main dengan tasbih dan kitab-kitabnya, terus berlatih sendirian, tanpa sadar (dan tanpa mau tahu) disekelingnya banyak sekali penduduk yang kesurupan dan setan yang siap merasuk dimana-mana.
Saya tidak melarang Anda untuk bermain game, malah saya menyarankan. Namun janganlah hanya terpaku pada game. Seraplah isi game tersebut dan aplikasikanlah dalam kehidupan sosial Anda. Percayalah sobat, ini kata-kata dari saya. Yang juga adalah seorang gamer sejati.
Saya sukses berkat pedoman-pedoman romansa yang baik, dan pedoman itu saya dapatkan dari berbagai game seperti DotA, Nexia, WoW, Monster Hunter Series dan game-game lainnya. Game yang saat ini sedang saya mainkan adalah Monster Hunter 2 di PSP. Rasanya saya sudah cukup pantas disebut 'Game Freak'.
Apabila Anda masih kuat membaca, saya akan mengenalkan sedikit dari teknik saya. Konon teknik ini juga serupa dengan teknik teman Anda yang gamer namun berakhir dengan wanita vitamin meski kemungkinan besar ia melakukannya tanpa sadar.
Saya menamakan teknik ini adalah AI.
Associating Imagination.
I can guarantee that this technique is the most artful technique a gamer can get!
Pada dasarnya, AI ini adalah pengembangan dari pola pikir, konsep dan paradigma ala Hitmansystem, ditambah dengan permainan sudut pandang. Pola pikir yang solid akan menelurkan aspek yang natural.
Hanya bermodalkan imajinasi, AI akan mengasosiasikan in-game system dari game yang Anda mainkan ke dunia nyata. Sehingga Anda akan merasa fun dan tidak membosankan lawan bicara Anda, terutama wanita.
Ok, saya akan langsung memberi contoh agara Anda lebih mudah memahaminya.
Misalkan kita pakai in-game system dari DotA: sebelum Anda berangkat untuk berkenalan dengan wanita, pilihlah Hero Anda! Proyeksikan di kepala bahwa Anda sedang memilih style untuk petualangan romansa Anda. Apakah Anda tipe Strenght? Intelligence? Atau Agility? Sesuaikan style dengan sifat Anda. Dan jadilah seperti Hero yang Anda pilih dengan menyesuaikan skill-skill nya.
Menurut Anda, Anda adalah orang yang cool, kalem, berwawasan luas dan tenang dalam menghadapi wanita, maka pilihlah hero Lich. Jadi ketika Anda berinteraksi dengan wanita, entah itu ngehit ataupun hangout bersama teman, Anda melakukannya dengan tenang. Bayangkan Anda mengaktivasi Frost Armor dan tentunya rasakan ada es biru lembut mengelilingi tubuh Anda, dan itu akan membuat Anda tetap cool dalam berbicara dan merespon J2 dari wanita.
Pakailah skill Dark Ritual dimana Anda fokus berbicara dengan teman Anda tentang hal yang kira-kira mengangkat nilai Anda. Anggaplah Anda mengisi Mana Point (MP) dengan bantuan teman Anda.
Dan ketika Anda dicap cool dan kalem secara natural, atau komentar apapun, bukalah sebuah topic yang sangat menarik. Dan Anda kembangkan itu dengan bertanya pendapat teman-temannya secara merata. Buat mereka kaget terhadap wawasan Anda yang luas namun fun. Ini adalah skill Chain Frost.
Combo yang menarik bukan? Dan tentu masih banyak hero-hero DotA lainnya! Perhatikan situasi, terjunlah ke dalam dinamika sosial dan hidupkanlah tokoh favorit Anda. Jadilah Hero favorit Anda!
Dan tentunya Anda harus creeping untuk mengumpulkan uang guna membeli item dan leveling secara rutin bukan? Ini berbicara tentang upgrade fashion Anda dan ngehit secara rutin untuk meningkatkan kemampuan Anda berinteraksi dengan wanita.
Mungkin Anda berpikir kalau saya hanya mengada-ngada dan kenakan-kanakkan. Membayangkan bahwa dunia ini sebuah game, berkhayal menjadi sosok Hero yang memiliki skill supernatural dan sebagainya. Toh itu semua hanya ilusi. Hanya bohong-bohongan. Dunia nyata 'kan bukan game.
Saya memang jago berkhayal, sobat. Bukankah itu yang saya tekankan sejak awal: imajinasi adalah kekuatan utama seorang gamer. Dan manusia adalah mahluk penuh imajinasi dan khayalan. Ketika berinteraksi dengan wanita, Anda pun berkhayal dan berilusi secara tidak sadar. Mungkin Anda berkhayal tentang sindrom Something Between Us atau sindrom She's The One. Mungkin Anda berilusi bahwa si wanita akan menolak Anda dan menghindari Anda. Akibatnya Anda menjadi kaku, grogi, takut salah dan akhirnya menghancurkan kesempatan Anda.
Jadi kalau memang Anda PASTI selalu berkhayal dan berilusi, mengapa tidak memakai imajinasi yang dapat membantu Anda? Dan itu adalah tujuan dari teknik AI ini. Memaksimalkan otak imajinasi Anda untuk membantu Anda meraih sukses dengan wanita dan romansa.
Di atas adalah perkenalan tentang AI, dan hanya menyentuh 20% saja dari teknik utamanya. Mengapa saya begitu menguasainya, itu karena saya berangkat dari seorang gamer akut. Jadi apabila Anda mengaku sebagai seorang gamer, maka teknik ini sangat tepat sekali bagi Anda. Dan Anda akan melihat keajaiban terjadi di depan mata Anda. Jangan salahkan saya apabila wanita-wanita tidak bisa menjauh dari Anda dan membiarkan Anda bermain game dengan tenang.
Bila Anda tertarik untuk mempelajari Glossy Art yang satu ini, saya akan membeberkannya habis-habisan untuk Anda di seminar yang akan datang. Segeralah booking masa depan dan wanita idaman Anda dengan mengikuti HSMS 2009: Revolusi Romansa.
Akhir kata..
Pada dasarnya romansa dan hidup itu adalah sebuah game social, bukan? Jadi, kurang beruntung apa lagi bagi Anda yang sudah mengerti dasar dan fundamental dari game?
Gamers are the most cunning heroes to capture girls.. but almost all of them are still in a deep slumber. So, wake up brothers! Heed my call. Be a pro gamer by waking yourself and train restlessly!
Gamer kesayangan Anda,
Kis Uriel
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 Response to "Antara DotA dan Romansa"
Post a Comment