Realita hidup tanpa cinta, bahagiakah?(menelusuri hubungan antara cinta dan kebahagiaan)

Tak terasa tinggal satu bulan lagi kita akan berganti tahun, rasanya koq ya cepet banget yah. Namun setidaknya saya harap mulai saat ini kita sudah merencanakan untuk membuat resolusi tentang apa yang harus dikoreksi dan diperbaiki untuk tahun depan. Semoga saja Tuhan akan selalu memberikan kita kesempatan untuk memperbaiki diri kita. Bukankah itu merupakan tujuan kita bersama?
Begitu juga dengan cinta dan kebahagiaan dimana kedua hal ini memiliki perbedaan yang pasti namun ada keterikatan diantaranya. Karena kedua hal ini adalah dua aspek emosi yang berbeda. Secara umum jiwa/psikis/mental manusia dibangun oleh dua bagian dasar yaitu pikiran dan emosi. Kedua bagian ini mempunyai karaktersitik yang jauh berbeda dalam menghasilkan sebuah tingkah laku. Pikiran menghasilkan tingkah laku yang rasional, sedangkan emosi menghasilkan tingkah laku yang merupakan sebuah instink (tidak disadari) ataupun merupakan hasil sebuah instuisi. Jadi bisanya nih, terkadang orang marah, atau terkadang orang cemburu tanpa dilandasi oleh fakta yang sebenarnya (rasional), karena memang rasa "emosi" itu adalah sebuah instink.

Namun saat ini untuk mempermudah pembahasan kita kali ini saya ingin membagi jumlah emosi kedalam beberapa bagian. Tetapi kebanyakan orang membaginya sesuai dengan paham mereka masing-masing, sehingga pembagian emosi dasar ini sangat beragam. Misalnya menurut salah seorang peneliti emosi paling terkemuka, menunjukkan bahwa manusia memiliki 6 emosi dasar, yakni "fear" (takut), "anger" (marah), "sadness"(sedih), "happines" (bahagia), "disgust" (jijik) dan "surprise" (terkejut). Emosi dasar itu dipercaya dimiliki oleh semua manusia dari budaya dimanapun juga.

Kembali kepembahasan, apakah ada hubungan antara cinta dan kebahagiaan. Sesuai dengan apa yang saya sampaikan diatas, cinta dan kebahagiaan adalah sama-sama merupakan emosi dasar manusia. Jadi cinta dan kebahagiaan itu adalah sesuatu yang dirasakan, bukan sesuatu yang dipikirkan. Telepas dari itu, apakah kedua emosi ini memiliki hubungan? Artinya bahwa jika seseorang merasakan cinta maka orang tersebut juga akan merasakan kebahagian, demikian juga sebaliknya, jika seseorang membenci sesuatu berarti orang tersebut dalam keadaan unhappy (tidak bahagia/sedih).

Asumsi ini memang benar, tetapi dalam kenyataanya, ada beberapa hal yang membuat asumsi ini juga ditolak. Pernahkah Anda mendengar seseorang rela hidup menderita demi cinta? Pasti sedikitnya Anda pernah sekali mendengar har itu, atau mungkin sering muncul di beranda/home wall account facebook Anda atau bahkan Anda sendiri pernah mengucapkan hal tersebut? Jika saya asumsikan dengan rumusan seperti ini : (unhappy = love).
Nah, masalahnya sekarang pernyataan ini sudah bertentangan dengan asumsi asalnya yang menyatakan bahwa cinta akan selalu dibarengi dengan kebahagiaan (love = happy). Atau pernyataan, saya rela berkorban demi cinta. Pengorbanan adalah sebuah derita berarti ini adalah unhappy = love. Saya membencimu karena ingin melihat kamu bahagia (unlove = happy). Dan saya yakin masih banyak pernyataan lain yang bertujuan mempertontonkan asumsi seperti ini. Tujuannya hampir sama integritasnya, namun menyatakan hal ini bahwa keduanya bertentangan.

Sampai saat ini, saya belum mendapatkan sebuah penelitian yang meneliti tentang ini (hubungan antara cinta dan kebahagiaan), oleh karena itu saya mulai melakukan penelitian tentang hal ini.
Tetapi asumsi-asumsi yang ada dalam masyarakat diseputar kita menunjukkan hubungan keduanya tidak konsisten, ada kalanya sebanding tapi dikala lain, berbanding terbalik. Ini menunjukkan fakta bahwa keduanya (cinta dan kebahagiaan) tidak mempunyai hubungan yang konsisten.

Jadi, terkadang orang mengejar cinta untuk kebahagian, dan terkadang juga orang rela menderita demi cinta. Berarti ini adalah keadaan psikologis yang bersifat individual dan situasional.
Jadi bagaimana menurut Anda, apakah hidup tanpa cinta Anda bisa bahagia? Sebenarnya saat awal saya menentukan tema ini saha sempat ragu untuk mengambil rangkaian kata diatas untuk di jadikan sebagai tagline/judul, karena saya rasa itu merupakan sebuah judul yang provokatif. Tapi jika pernyataan ini ditanyakan pada responden, saya yakin, akan mendapatkan nilai yang mayoritas (perkiraan saya diatas 90%) pasti akan menyatakan atau menjawab "tidak bahagia". Bisa saja mereka memberikan alasan seperti ini : Karena hidup perlu cinta, dan kebahagiaan pun perlu cinta. Kata filosof cinta yang pernah ada pada jaman dahulu kala, karena cinta, saya bisa bertahan hidup, dan karena cinta membawa warna kehidupan
saya. (wkwkwkwkwk.. this is a poison guys, use it if you want die)
Pada tulisan diatas saya sudah ulas mengenai adakah hubungan antara cinta dengan kebahagiaan? Saya sarankan Anda membacanya lagi terlebih dahulu sampai paham benar, sebelum melanjutkan membaca paragraf lanjutan dibawah ini. Sambil menunggu Anda membacanya lagi saya tak ke toilet dulu yah.. Wkwkwkwk..
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...

Sudah selesai membacanya? Oke deh, saya juga sudah selesai beolnya.. Wkwkwkwkwk.. Baik kita lanjut lagi yah..
Dalam alasan itu dapat disimpulan bahwa, hubungan antara cinta dengan kebahagiaan tidak selamanya selalu konsisten. Artinya, cinta tidak selamanya diikuti dengan kebahagian, ataupun sebaliknya, kebahagian tidak selamanya dihasilkan dari cinta.

Yang menjadi pertanyaan selanjutnya setelah Anda mengetahui fakta barusan adalah, hidup tanpa cinta, bahagiakah? Saya berasumsi bahwa, lebih dari 90% orang setuju mengatakan "tidak bahagia".
Kita akan coba kembali bermain dengan sebuah analogi sederhana :
Jika saya adalah seorang pria/wanita dengan kualitas standar/rata-rata menanyakan kepada Anda, " apakah Anda mencintai saya?" Anda pasti menjawab, "tunggu dulu".

Jika saya seorang laki-laki yang gagah, tampan, kaya, pintar, dan seterusnya, pasti jawaban anda akan berubah "patut dipertimbangkan" … (jawaban seorang perempuan).

Jika saya seorang perempuan cantik, seksi pintar, kaya, setia dan seterusnya, pasti jawaban Anda juga akan berubah "iya" … (jawaban seorang lelaki).

Apa yang bisa disimpulkan dari pernyataan diatas. Ternyata cinta bisa tumbuh karena apa yang kita harapkan sesuai dengan apa yang datang menghampiri. Anda tidak mencintai saya, karena memang Anda tidak mengenal siapa saya, dan bukan siapa-siapanya Anda. Lain halnya jika Anda sudah mengenal saya lebih jauh, minimal Anda akan menumbuhkan rasa simpati jika saya mengalami sebuah musibah.

Disini dapat diambil kesimpulan bahwa, cinta itu tumbuh seiring dengan usaha kita mengetahui objek cinta. Benar kata sebuah syair lagu "karena cinta harus diusahakan".
Betul, cinta harus diusahakan, bukan untuk didapatkan. Jika Anda ingin mencintai seseorang, maka kenalilah orang tersebut. Jika Anda ingin berhenti membenci seseorang, kenalilah orang tersebut, Anda akan memahaminya mengapa dia berbuat sesuatu yang Anda tidak sukai, dan lama kelamaan Anda akan menumbuhkan rasa cinta. Mungkin Anda pernah melihat seseorang yang sering bertengkar pada awalnya, tak tahunya kok jadi pacaran? Ini menguatkan bahwa, cinta itu harus diusahakan.

Sangat bodoh sekali jika ada orang yang bilang : sudahlah, jalani saja, toh nanti cinta akan datang dengan sendirinya. Wkwkwkwkwk... Its a bullshit.. Anda sudah tahu mengenai fakta ini bukan? Jika Anda mendapati pernyataan seperti ini ucapkan : tolol jika mau mempercayai hal itu. Pernyataan tanpa bukti dan fakta.
Dilanjut lagi... Bagaimana dengan kebahagiaan. Kebahagiaan sebenarnya adalah sebuah hasil yang memuaskan dari harapan. Jika sebuah usaha menghasilkan usaha yang memuaskan, Anda akan bahagia. Cinta juga merupakan sebuah usaha. Jika usaha Anda mendapatkan hasil (cinta), maka Anda akan bahagia. Dari sini kita akan melihat bahwa, kebahagiaan itu jauh lebih luas dari cinta itu sendiri (jika kita berbicara hasil).
Artinya, orang bisa saja bahagia, tanpa cinta. Seseorang yang tidak mempunyai cinta sekarang, bisa saja bahagia dengan hal-hal lain yang dianggapnya sebagai sebuah kesuksesan. Sekali lagi : dengan ketiadaan kepemilikan atas cinta, bukan berarti kita tidak bisa bahagia. Kebahagiaan itu bisa diraih melalui jalan lain.
Jadi saat saya bertanya kepada Anda : Tanpa cinta bisakah Anda bahagia?
Saya yakin saat ini Anda pasti bisa menjawab dengan lantang : BISA !!!
Demi kemajuan kita semua segeralah bergabung bersama kami di Fans Page :Broken Heart Survival Guide, untuk mendapatkan materi-materi berkualitas lainnya untuk sebuah infestasi besar dalam hidup Anda.

Indahnya berbagi cerita dan cinta terhadap orang lain seperti Anda.


Salam revolusi cinta

#silahkan share jika Anda suka

0 Response to "Realita hidup tanpa cinta, bahagiakah?(menelusuri hubungan antara cinta dan kebahagiaan)"

Post a Comment