Bagaimana sebenarnya menjadi dewasa dalam dunia romansa (tentang orientasi berpikir menikah muda?)

Hujan-hujan seperti sekarang ini enaknya buat ngumpul bareng teman diberanda sambil menikmati kopi dah beberapa suguhan. Rasanya enggan sekali kehilangan moment seperti ini, adanya canda tawa yang mungkin dalam 5 tahun kedepan belum tentu bisa dinikmati. Saat sedang ngobrol masalah realita yang ada di masyarakat ada kawan yang menyatakan seperti ini : susah yah jadi dewasa, sekarang temen pada sibuk kerja, kalau nggak nikah sibuk ngurusin keluarganya. Kalau kumpul-kumpul sama temen-temen saat weekend rasanya sudah tidak semangat soalnya sudah sibuk kerja. Kalau kerja bareng biar tetep ngumpul, ujung-ujungnya berantem. Jadi serba susah.
Kawan saya yang ini berumur 28 tahun, pria dan tentu saja jomblo. Sehingga pertanyaan yang membuat dirinya bertemu adalah : "kalo gini bagaimana bisa dapet jodoh".
Pertanyaan diatas walaupun terdengar lucu, tapi sebetulnya cukup mewakili banyak YUPIES di banyak kota di dunia ini. Berpenghasilan lumayan diatas rata-rata, namun memiliki kemampuan sosialisasi dibawah rata-rata, karena tahunya berteman hanya lewat Facebook, LinkedIn dan twitter. Agak ironis sebetulnya. Dari populasi pria-pria urban, masih lumayan banyak yang punya hambatan bersosialisasi terutama dengan makhluk bernama perempuan. Akibatnya walaupun sudah berhasil dan sukses di karier, pria-pria ini merasa hidupnya ada yang kurang. Kurang kehangatan wanita..
Lalu bagaimana mendapatkan kehangatan perempuan dong? Nah ini dia, pertanyaan semua pria dari yang masih akil balig sampe yang sudah bau tanah masih saja mempertanyakannya. Kalau Anda bisa menggeser pemikiran bahwa Anda butuh perempuan menjadi perempuan yang butuh Anda, maka saat itu juga Anda sudah dikejar-kejar perempuan. Walah :o hanya menggeser pemikiran? Iya beneran bro, saya tidak bohong, sudah banyak kawan saya yang kaget dan mengemukakan alasan-alasan konyol karena segan merubah pikirannya.
Alasan pertama : tidak punya waktu. Ini alasan sangat bodoh, kalau waktu nggak diambil, mana mungkin punya waktu. Gini bro, pakai analogi simple deh, perempuan itu bukan minyak mentah yang keberadaanya butuh eksplorasi mendalam, perempuan itu ada dimana-mana bahkan di genggaman tangan Anda. Nggak percaya? Liat handphone Anda, masa tidak ada kontak perempuan di phone book atau social network selain ibu/saudari Anda? Kalau memang gak ada, Cuma ada 2 kemungkinan, Anda memang segitu prevertnya sehingga bikin iba atau Anda nggak suka perempuan. Kemudian, ketika Anda jomblo, waktu itu Anda yang kontrol sepenuhnya. Nggak ada acara mesti jemput pacar, ketemuan, nemenin ini itu. Kalau Anda nggak punya waktu sekarang, maka ketika berhasil berpasangan nantinya, Anda makin nggak punya waktu.
Lha koq bisa kaya gitu? Untuk jawaban yang satu ini biarlah Anda sendiri yang akan menjawabnya dalam kehidupan romansa Anda.
Alasan kedua : nggak punya duit.. Wkwkwkwkwkwk... Alasan ini bukan sebuah alasan yang bodoh, tapi alasan ini adalah alasan yang dungu dan tolol. Weits.. Jangan emosi dulu bro...
Saya contohkan hal sederhana yang bahkan mungkin tidak pernah Anda bayangkan. Pemulung aja bisa punya istri, anak SMU yang bejad aja bisa buka kamar hotel buat mesum, masa Anda yang berpenghasilan nggak bisa. Seriously ketika jomblo nih ya, justru dimana Anda sangat amat tajir. Coba pikir, Anda nggak perlu bayar makan, nonton, ajojing atau kegiatan lain yang dilakukan oleh orang yang berpacaran. Bahkan Anda nggak perlu bayar bensin yang harganya makin nggak masuk akal itu sekedar untuk wara-wiri ketemu pasangan. Anda bisa beli apapun yang Anda suka dan hanya slip gaji yang membatasi apa yang bisa Anda beli. Kalau Anda sampai bilang nggak punya duit. Berarti ada satu asumsi dari saya sendiri bahwa melihat dari jawaban anda, bisa dipastikan bahwa Anda tukang suap hati perempuan. Anda pikir dengan uang Anda bisa mendapatkan hati pasangan Anda? 40% betul tapi sisanya, bukan duit yang membuat seorang wanita mau membuka hati dan pakaiannya buat Anda.
Bagaimana guys, dari beberapa alasan menjadi dewasa itu menyenangkan bukan? Masih kurang? Oke, saya tambahkan beberapa alasan lagi.
Bahkan begitu menyenangkan untuk mencari pasangan. Baik untuk serius, maupun untuk jadi bahan permainan.
Mari lanjut ke permasalahan ke tiga yah...
Pria/perempuan dewasa merasa tidak layak bertingkah "gila" dalam hal ini mencoba hal-hal baru dan menantang karena malu sama umur.. Jujur, ini juga aneh banget. Kalau diumur dua puluhan dan tiga puluhan Anda tidak bereksplorasi mencari kesenangan yang agak ekstrim Anda mau nyoba kapan? Umur 50 tahun? Ketika Anda umur 50 tahun, Anda naik kora-kora di dufan saja, Anda bisa mati kena serangan jantung. Jadi ketika badan masih sehat dan energi melimpah,gak ada itu istilah malu sama umur untuk hal-hal baru.
Coba sekarang bayangkan dan pikirkan, mana yang lebih membanggakan ketika Anda sudah punya cucu nanti :
a. Bercerita banyak pengalaman menarik tentang seputar kehidupan Anda, atau
b. Hanya bercerita yang isinya kurang lebih "seharusnya" alias berharap sang cucu meneruskan cita-cita Anda yang tidak kesampaian.
Menyedihkan sekali. Semata-mata karena malu sama umur.
Nah itu semua permasalahan yang biasa dikemukakan, sekarang coba pola pikirnya dibalik semua yuk. Jadi dewasa, adalah ketika dimana waktu Anda sendiri yang mengontrolnya. Lah bener, Anda nggak wajib duduk di kelas kan? Nah kemudian Anda mulai berkilah, kan saya harus ngantor.
Saya tantang balik, memang bekerja jamnya rigid & kaku seperti anak sekolahan? Nggak Anda yang kontrol waktunya. Kalau pekerjaan sudah menyita waktu Anda, yah cari pekerjaan yang tidak menyita waktu. Mana mungkin? Mungkin banget, saya sendiri salah satu contohnya, dengan bekerja hanya 4 jam sehari saya bisa menghasilkan pendapatan yang cukup untuk biaya makan, transport dan tempat tinggal, tidak mewah tapi layak.
Please deh jangan manja dan nyalahin lingkungan. Kalau Anda masih bisa bilang bahwa "lah itu kan Anda, kalau saya mana mungkin bisa?"
Bro, saya juga makan nasi sama seperti Anda koq, bukan makan batu, yang membedakan, saya berani memilih untuk menjadi subyek hidup saya sendiri. Kata steven covey, pro aktif.
Masalah kedua, tidak punya duit. Aduh bos, Anda udah bekerja, berarti Anda punya duit. Waktu SMU dulu Anda nggak punya duit, karena nodong orang tua. Setiap nodong, selalu ditanya, duitnya buat apa? Sekarang Anda udah bekerja, maka duit ditangan Anda saat itu adalah kuasa Anda sepenuhnya. Mau beli bir, mau beli kondom, mau ke bar dan mabuk sampe terkapar di trotoar, bebas.
Coba waktu SMU, "Pa, minta duit buat mabok?" Wkwkwkwk... Yang ada juga Anda ditampar oleh ayah Anda. Anda punya duit, jauh lebih banyak ketika Anda sekolah.
Sialnya, yang bikin pusing mengatur duitnya. Gini bro, kebutuhan manusia itu tidak ada abisnya, contoh, pengen punya HP, dapet huawey, terus pengen nokia, terus pengen Black Berry, terus pengen Iphone, nggak berbatas brur. Sehingga Anda harus bisa mengatur kebutuhan Anda. Penghasilan setara UMR tapi tiap hari maunya makan di McD.. Ya mesti gak nyambung. Sehingga Anda lagi-lagi harus mengolah diri Anda sedemikian rupa, agar kebutuhan bisa cukup dengan slip gaji Anda. Saya setuju bahwa harga-harga di Indonesia makin nggak masuk akal, tapi terus kita mau ngambeg dan tidak melakukan sesuatu? Kalau itu yang Anda pilih, Anda berlagak dewasa saja.
Takut bertingkah gila ini alasan Anda karena takut keluar dari zona nyaman. Enak banget sumpah bro berbuat gila waktu dewasa, kalau Anda berantem, Anda tinggal bayar polisi, nggak ada itu pertanyaan "orang tua kamu mana?" gak perlu malu dengan orang tua. Mau mencoba bisnis dan bangkrut, Anda nggak perlu pusing orang lain (orang tua/saudara) menanggung, dan dengan kegigihan Anda pasti bisa bangkit kembali. Kalau Anda bisa membalik pola pikir Anda dan bertanggung jawab terhadap tindakan Anda, segila apapun tindakan Anda, maka tidak ada sesal yang harus timbul di hati. Tidak ada penyesalan itu sangat lekat dengan kebahagian dan kebahagiaan adalah kunci dengan cinta.
Jadi masih berpikir jadi dewasa itu berat??
Demi kemajuan kita semua segeralah bergabung bersama kami di Fans Page :Broken Heart Survival Guide, untuk mendapatkan materi-materi berkualitas lainnya untuk sebuah infestasi besar dalam hidup Anda.

Indahnya berbagi cerita dan cinta terhadap orang lain seperti Anda.

Salam revolusi cinta

#silahkan share jika Anda suka

0 Response to "Bagaimana sebenarnya menjadi dewasa dalam dunia romansa (tentang orientasi berpikir menikah muda?)"

Post a Comment