Ketika hati ingin bicara jujur tentang cinta bagi diri sendiri (permasalahan diri : Bagian pertama)

Sore hari seperti ini duduk bersama teman-teman sambil menikmati hujan rasanya semua beban bisa terlupakan. Yah.. Walaupun tak ada pembicaraan penting yang berarti, namun hal ini setidaknya bisa melepaskan sejenak beban otak kita. Namun tiba-tiba ada teman saya bilang bahwa cinta itu sebetulnya sederhana. Memang benar, cinta memang subuah perasaan yang sederhana, masalahnya cinta itu bisa jadi sederhana kalau yang menjalaninya jujur sama diri sendiri. Nah boro-boro jujur ama diri sendiri, kenal diri sendiri aja kadang-kadang susah, gimana bisa jujur kalau tidak tahu apa yang harus diakui. Dalam hubungan pria dan wanita saya pribadi melihat keajaiban.

Melihat dengan segala perbedaan dan keruwetan yang ada, pria dan wanita masih ingin bersama dan berusaha jadi lebih baik buat pasanganya (tentu saja kalau mereka saling cinta). Sayangnya cinta hanya sebagian dari porsi jiwa manusia. Didalamnya ada kebutuhan, ketakutan, harapan, keinginan, cita-cita, mimpi, dan lain sebagainya. Cinta jadi ruwet karena dalam menyampaikannya cinta tercampur dengan hal-hal yang ahli romansa sebutkan tadi. Sebagai contoh kasus keruwetan karena campur aduknya aspek-aspek itu. Pria baru bisa mencintai setelah mendapatkan seks, wanita baru bisa memberikan seks setelah merasa dicintai. Pusing kan?

Seandainya cewek jujur bahwa mereka menikmati seks dan pria juga jujur bahwa mereka juga membutuhkan cinta maka keruwetan tadi bisa sedikit terurai. Namun faktanya, wanita takut memberikan seks karena merasa dirinya dimanfaatkan. Sedangkan cowok takut mencintai karena merasa dirinya jadi lemah karena patuh teradap pasangannya. Cewek jadi sulit menikmati seks karena fokus pada ketakutan dirinya akan ditinggalkan dan tidak mendapatkan cinta. Karena ceweknya tidak menikmati seks si cowok merasa lemah dan tidak diinginkan. Itu baru urusan seks. Blom urusan yang lain.
Mau contoh yang lain. Si cewek merasa bahwa si cowok perhatian sama dirinya jika mau mendengarkan semua keluhanya. Si cowok merasa keluhan si cewek sebagai kritik terhadap dirinya,. Cowok baru bicara jika memang perlu, sedangkan cewek bicara untuk meredakan ketegangan emosionalnya. Cowok meredakan ketegangan emosionalnya dengan seks. Keajaiban inilah yang membuat pria dan wanita bisa bersama.

Lalu apa urusanya kejujuran dengan masalah-masalah tersebut. Sebagai pria kita harus jujur bahwa terkadang kita butuh cinta. Kita lupa bagimana cara mencintai, bayangkan sejak kecil kita tidak pernah diajarkan cinta. Kita diajarkan untuk kompetitif dan produktif. Perhatikan seorang anak perempuan bermain dengan bonekanya, mereka belajar dengan peka dan intens terhadap perasaan-perasaanya yang tersalur lewat bonekanya. Bahkan ketika bonekanya kita banting, dia bisa menangis seolah bisa merasakan sakit yang dialami oleh bonekanya. Sedangkan anak pria dibelikan boneka gundam. Mereka akan mencari teman yang punya boneka gundam, kemudian mereka akan pukul-pukulkan itu gundam untuk melihat mana yang paling kuat. Mau bukti lagi. Ketika seorang anak laki-laki dibelikan mobil-mobilanlebih sering dia bongkar melihat kenapa mobil itu bisa bergerak, kemudian dia tinggalkan atau dia akal-akalin agar bisa melaju lebih cepat , tercepat diantara teman-temannya, dihias agar lebih menarik dibandingkan teman-teman yang lain. Pada permainan lompat tali yang sering dilakukan cewek, mereka menikmati kebersamaan bermain lompat tali. Sedangkan permainan cowok seperti main bola, pria menikmati keunggulan sehingga kemenangan menjadi tujuan utama. Kebersamaan bukan isu utama. Itu baru dari permainan, belum bagaimana pembelajaran social yang diberikan kepada kita bagaimana seorang pria itu. Penekanannya adalah harus bisa menghidupi anak istri. Akibatnya kedekatan, kehangatan dan cinta, sangat sulit kita rasakan, kita lebih kenal dengan bagaimana cara agar bisa menghidupi anak istri. Beda dengan wanita yang penekanannya adalah menyayangi suami dan anak. Merekajadi sangat paham apa arti menyayangi, merawat dan mencintai.

Seks adalah jalan tol bagi kita merasakan cinta. Kenapa bisa begitu? Karena yang kita tahu mencintai adalah menafkahi (produktivitas) sedangkan seks merupakan bahasa symbol bahwa kita berhak mendapatkan hadiah karena kita produktif. Kita dibelai, dicium, seolah bahasa yang mengungkapkan dengan jelas, bahwa diri kita diinginkan. Pria merasa dirinya diinginkan baru bisa membangun kedekatan, kehangatan dalam relasinya. Dari situ pria baru bisa merasakan cinta itu tentang keberadaan dirinya bukan apa yang dihasilkan. Banyak rekan-rekan ahli romansa yang merasa baru layak dicintai kalau mereka sudah punya penghasilan mapan, rumah dan kendaraan. Padahal yang dibutuhkan adalah kejujuran bahwa mereka layak dicintai karena apa adanya mereka bukan apa yang mereka bisa hasilkan. Banyak pasangan bermasalah karena istri berpenghaslan lebih banyak ketimbang suami.
Kenapa? Si cowok merasa tidak dibutuhkan lagi sama istri karena tidak menghasilkan. Mengakui apa adanya berarti mengakui kelemahan, dan itu tidak menguntungkan untuk kompetisi apa lagi merasa kalah haram hukumnya kalau kita kalah dengan orang lain apalagi istri/pasangan.

Saya pribadi ingin mengajak pembaca untuk melihat pada diri Anda dengan jujur, apakah Anda memang pernah merasa dicintai dan mencintai karena diri Anda apa adanya, bukan seorang pangeran yang mampu membunuh naga. Keren kan jadi pangeran dengan baju besinya naik kuda putih dan dengan perkasa membantai naga yang menjaga kastil tuan putri? Yoyoy... Pasti keren abizz tapi dugaan saya setelah menikahi tuan putri dalam kastil, sang pangeran akan mencari naga lain untuk ditaklukan. Dia tidak merasakan cinta tuan putri karena yang dia tahu adalah si putri cinta pada dirinya karena dia produktif membunuh naga. Namun saat ini saya lebih terkesan dengan kisah romantisme cinta seorang pangeran kodok yang dicium putri lalu tumbuh jadi pangeran. Itulah cinta yang betul. Terima diri Anda kodok, dengan segala kerendahan hati Anda menawarkan cinta, karena hanya itu yang Anda punya. Kemudian sang putri mencium Anda sebagai symbol bahwa dia mencintai Anda apa adanya, kemudian voila Anda tumbuh jadi pangeran.

Menerima diri apa adanya akan membuat Anda merasakan cinta. Cinta yang tumbuh dari penerimaan diri membuat Anda tumbuh menjadi sesuatu yang tidak akan Anda duga. Kodok saja berhak dapat cinta tanpa syarat dari tuan putri. Masa Anda yang terlahir sebagai manusia merasa tidak layak dicintai? Jadi cinta itu seharusnya tidak ruwet, sekarang Anda tinggal pilih mau berusaha jadi pangeran naik kuda putih yang menaklukan naga kesana kemari (dan mengawini semua putri yang dijaga oleh naga) sebagai symbol produktif dan kompetitif atau jadi kodok yang menerima cinta dari sang putri sehingga tumbuh jadi pangeran yang merasa dicintai dan menyayangi si tuan putri? Pilihan di tangan Anda, apapun pilihannya kita akan selalu punya solusi.
Baiklah, masalah keruwetan dari cowok sudah saya bahas, nanti saya akan bahas lagi di notes berikutnya, karena ini sudah terlalu panjang saya menceritakan mengenai keruwetan di kepala perempuan.
Demi kemajuan kita semua segeralah bergabung bersama kami di Fans Page :Broken Heart Survival Guide, untuk mendapatkan materi-materi berkualitas lainnya untuk sebuah infestasi besar dalam hidup Anda.

Indahnya berbagi cerita dan cinta terhadap orang lain seperti Anda.


Salam revolusi cinta

#silahkan share jika Anda suka

0 Response to "Ketika hati ingin bicara jujur tentang cinta bagi diri sendiri (permasalahan diri : Bagian pertama)"

Post a Comment