Mengkritisi nilai perasaan cinta terhadap kelangsungan komitmen dan hubungan (masih percaya dengan adanya cinta abadi?)

Mungkin pada pertengahan Anda membaca notes ini mengganggap saya memiliki sikap skeptis terhadap nilai penikahan. Tapi jika samapai akhir Anda masih beranggapan seperti itu, maka baca ulang lagi notes/artikel ini sampai Anda mengerti apa yang saya maksudkan. Pada jaman sekolah dulu, jujur saja saya sangat benci sekali terhadap beberapa mata pelajaran, diantaranya matematika dan kimia, pikiran saya pada masa itu : "biarlah orang lain yang mempelajari hal itu, toh buat kedepannya saya tidak butuh tahu". Alhasil yang terjadi sekarang, untuk mempelajari cinta dan wanita saja dibutuhkan adanya ilmu kimia dan biologi serta perhitungan analogi sederhana maupun analogi luar biasa. Apakah Anda tahu ada zat didalam tubuh yang dilepaskan ketika jatuh cinta. Dulu sayapun pernah menulis mengenai hal ini, jika Anda pernah membacanya pasti akan menjawab : "ada", dan secara sains teruji betul di laboratorium. Nama senyawanya phenylethylamine, atau biar gampang kita sebut aja PEA. Kalau melihat rangkaian unsur-unsur kimianya senyawa ini mirip sama Amfetamin atau kalau di pasaran junkie namanya shabu-shabu. Reaksinya juga mirip, bikin orang happy, semangat, tidak mudah tersinggung, semuanya lucu, dunia terasa indah. Jadi PEA ini sebanding dengan orang yang mengkonsumsi shabu-shabu. Reaksi fisiknya juga mirip, jantung berdenyut lebih cepat, tangan berkeringat dan bahkan jadi horni.
Phenylethylamine, dari hasil riset kecil-kecilan yang saya lakukan, diproduksi di pabrik yang memproduksi dopamine dan norepinephrine di dalam tubuh. Ketika orang merasakan cinta yang sangat mendalam, maka tubuh akan melepaskan ketiga narkoba alami itu kedalam sirkulasi kimiawi tubuh. Akibatnya, dunia terasa surga.
Hal yang paling menyedihkan yang saya rasakan dan yang mungkin akan Anda rasakan setelah tahu mengenai fakta ini adalah, bahwa narkoba alami dari dalam tubuh kita tersebut hanya bikin kita fly sebentar dan tidak selamanya. Paling lama 3 tahun. Setelah itu tubuh berhenti memproduksi narkoba-narkoba alami itu. Menyedihkan bukan, tubuh itu tidak mengenal namanya jatuh cinta selama-lamanya. . Ingat hal itu kawan.
Cinta selamanya itu Cuma ada di cerita atau dongeng dan norma-norma ideal sosial saja. Karena secara biologis, tubuh kita TIDAK DIDESAIN UNTUK HAPPILY EVERAFTER .
Sekali lagi saya dapat membuktikan bahwa idealisme teman saya yang percaya tentang cinta itu bisa langgeng selamanya asal diperjuangkan, ternyata secara empirik dengan segala fakta yang saya sampaikan tadi tidak terbukti. Lalu bagaimana orang yang jatuh cinta itu bisa menikah selamanya. Yah namanya juga lagi fly disuruh apa aja juga mau kan? Karena saat menikah, urusan mau pisah atau cari yang lain pasti akan menjadi ribet (karena hal ini sudah menyangkut hukum Tuhan dan hukum manusia) akibatnya yah hidup selamanya aja, walaupun sudah tidak cinta dan tersiksa.
Sejujurnya saat ini saya teramat ingin mengajak para pembaca untuk lebih kritis dalam melihat hubungan dan komitmen. Anda mau ambil keputusan berkomitmen seumur hidup itu seperti orang yang lagi sakaw disuruh memilih atau menetapkan masa depan, Bisa dikatakan itu tidak nyambung. Anda merasa butuh pasangan Anda lebih dari apapun juga di dunia ini. Bahkan disuruh bersumpah didepan Tuhan dan penguasa dunia (negara) untuk saling mencintai selamanya dalam sedih dan bahagia, sehat dan sakit, kaya dan miskin. Hanya orang yang lagi mabuk kepayang sama cinta aja yang bisa jawab itu, seandainya lagi sadar, nggak mungkin akan menjawab iya.
Apakah lantas Anda menilai jika saya itu merasa skeptis sama pernikahan? Tidak, sama sekali tidak. Namun saya lebih berharap kepada Anda pembaca dan sosok yang menulis notes ini (diri saya sendiri), ketika menjawab "saya terima nikahnya...." atau menjawab "saya bersedia" saat itu sedang dalam keadaan compos mentis, artinya dalam keadaan sadar penuh, sadar akan segala resiko dan tanggung jawabnya, sadar akan apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindari serta kesadaran yang lain.
Kalau Anda menjawab terburu-buru setelah tubuh tidak produksi ketiga zat tersebut apakah Anda akan merasakan perasaan yang sama?
Sekarang mungkin Anda sedang merasa dunia bagaikan surga dengan adanya pasangan Anda. Saya berani bertaruh bahwa dalam tiga atau empat tahun berikutnya perasaan yang Anda lakukan sekarang sudah akan hilang. Perasaan cinta itu akan berubah jadi "tanggung jawab". Yah.. Memang betul menanggung semua efek buruk dari fly cinta Anda di awal. Kaya semacam hang over aja. Ada yang hang overnya seperti mimpi, ringan-ringan aja, ada yang kepalanya kaya mau pecah.
Sekarang pertanyaannya : jadi tidak ada harapan bagi cinta untuk tumbuh selamanya? Yah sebetulnya kalau mau jujur dari sisi biologis sih tidak, tapi dari sisi yang lain bisa. Analogi simplenya : Bayangkan jaman sekarang saja, untuk ukuran payudara bisa diatur kok gede kecilnya, logikanya : masa iya reaksi kimiawi-kimiawi di otak tidak bisa dirangsang?
Tentu saja bisa dengan latihan-latihan mental tertentu. Kalau mau tahu caranya, please staytune di account facebook saya ini, segera akan terus saya bahas mengenai cara-caranya.
Demi kemajuan kita semua segeralah bergabung bersama kami di Fans Page :Broken Heart Survival Guide, untuk mendapatkan materi-materi berkualitas lainnya untuk sebuah infestasi besar dalam hidup Anda.

Indahnya berbagi cerita dan cinta terhadap orang lain seperti Anda.

Salam revolusi cinta

0 Response to "Mengkritisi nilai perasaan cinta terhadap kelangsungan komitmen dan hubungan (masih percaya dengan adanya cinta abadi?)"

Post a Comment