Krisis nilai diri seseorang dalam pergaulan (keberanian untuk meninggalkan lingkungan interaksi standar)

Beberapa waktu yang silam, saya sempat merasakan sebuah keadaan dimana saya meresakan lingkungan pergaulan saya dirasakan seperti berjalan ditempat. Tak ada sebuah perubahan apapun. Setelah menyadari hal ini saya mencoba sedikit mengurangi interaksi dari lingkungan tersebut. Saya merasa bebas dari rasa membohongi diri sendiri setelah memutuskan keluar dari lingkungan teman yang hanya menerima diri saya berdasarkan status ekonomi dan barang-barang mahal yang dikenakan, serta kesombongan sebuah status yang bagi mereka dianggap sangat penting. Mereka tidak memperhatikan nilai lain, seperti keadaan disertai kepribadian yang hangat, ketulusan, kepandaian serta talenta yang dapat disalurkan kepada sesama terutama teman.

Bagaimana ketika orang menghargai diri saya hanya karena baju, sepatu, dan aksesoris mahal yang dikenakan? Semasa sekolah, perkuliahan bahkan dalam lingkungan kerja serta lingkungan bertetangga, ada semacam perasaan minder yang menghantui banyak orang terhadap masalh ini. Hal ini tentu ada penyebabnya. Hampir semua teman-teman berasal dari keluarga "the have". Maklum untuk dapat kuliah di kampus saya dulu, harus mengeluarkan uang yang tidak sedikit. Sementara saya berasal dari latar belakang keluarga yang tergolong sederhana.

Orang tua saya hanya seorang pegawai sipil biasa. Ya, walau saya tergolong mahasiswa cerdas (dengan IP lebih dari 3,5), namun prestasi kecerdasan kenyataannya tidak mendapat penghargaan di wilayah pergaulan kami. Orang yang selalu melihat sisi kegagalan orang lain untuk ditonjolkan.

Sangat disayangkan juga pada masa kini, bahwa dalam pergaulan seperti di dalam arisan ibu-ibu /perkumpulan rohani yang kelihatannya "rohani", fenomena tadi juga tidak bisa dihindari, sebagaimana di dunia kampus saya dulu.

Penyebab krisis identitas ini antara lain adalah yang punya latar belakang tertolak/tidak diterima didalam keluarga/lingkungan, mempunyai pengalaman sering dihina atau melihat orang tuanya merasa disepelekan/dilecehkan atau direndahkan. Efeknya, yang bersangkutan cenderung untuk mencari segala cara agar dapat masuk dalam lingkungan yang tidak sehat alias snob. Kaum wanita dalam lingkungan itu hanya melihat status sosialnya dibandingkan dengan kepribadiannya.

Memang sulit untuk tampilkan sebuah keadaan yang memang baik dan berbeda kalau kita berada dalam status sosial tertentu itu. Kalau ingin keluar dari lingkungan tersebut, dibutuhkan keberanian dengan meyakinkan diri sendiri bahwa Anda adalah makluk yang dikasihi dan istimewa di hadapan Tuhan, yang sebenarnya mereka bukan teman Anda yang sejati. Anda jangan atau tidak perlu malu untuk mencari teman yang walaupun tidak kelihatan elite atau sekeren mereka, tapi mempunyai nilai/value yang dapat mengisi hidup Anda daripada bergaul dengan sekelompok teman yang tidak punya kepribadian dan tidak akan mengisi jiwa Anda.

Agar bisa diterima di kalangan snob, biasanya banyak yang rela untuk menjual harga diri mereka supaya bisa mencapai standar di lingkungan yang dikehendaki atau diimpikan. Jika masih remaja, boleh jadi memaksa orang tuanya untuk membelikan segala sesuatu barang keperluan yang dirasakan mewah, padahal orang tuanya hanya menerima gaji yang sederhana.

Ibu rumah tangga merongrong suaminya untuk membelikan kebutuhan untuk kemewahan tapi yang ada akhirnya hanya akan menjerumuskan suami melakukan korupsi, menipu, atau meminjam kesana-kemari, gali lubang tutup lubang. Jadi saya pribadi menghimbau agar para wanita karir, ibu rumah tangga atau Anda calon Ibu rumah tangga supaya dapat menerima diri Anda sendiri apa adanya.

Belanjalah sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan Anda. Janganlah memaksakan diri untuk masuk ke dalam lingkungan kaum materialistis tapi tidak punya kepribadian, serta membeli rasa percaya diri mereka dengan mengenakan barang-barang mahal.

Jangan takut kalau Anda tidak dihargai dilingkungan tersebut oleh karena tidak mampu memakai barang-barang mahal, sementara Anda masih punya harga diri, yakni talenta dan kepribadian. Apa yang Anda punya kembangkanlah. Yakinkan pada diri anda sendiri, bahwa Anda dapat meraih sukses.

Saya sudah mendapatkan teman-teman baru yang menghargai diriku apa adanya, yang membutuhkan dorongan dariku, begitu pula sebaliknya. Saya sekarang menyadari bahwa saya memiliki potensi yang selama ini dibutuhkan oleh orang lain.

Dulu teman-teman hanya melihat saya dari luar saja atau penampilan saya dengan barang atau pakaian yang wah. Namun sekarang, hal itu sudah berubah sama sekali.

Saya merasakan hidup baru.

Nilai diri seseorang sesungguhnya bukan ditentukan oleh mahalnya atau bermereknya apa yang ia kenakan, tetapi bagaimana ia menyesuikan dengan situasi, kemampuan, dan kepribadian.
Demi kemajuan kita semua segeralah bergabung bersama kami di Fans Page :Broken Heart Survival Guide, untuk mendapatkan materi-materi berkualitas lainnya untuk sebuah infestasi besar dalam hidup Anda.

Indahnya berbagi cerita dan cinta terhadap orang lain seperti Anda.


Salam revolusi cinta

0 Response to "Krisis nilai diri seseorang dalam pergaulan (keberanian untuk meninggalkan lingkungan interaksi standar)"

Post a Comment