Waspadai ancaman godaan untuk selingkuh bagi pasangan yang telah lama menjalin hubungan (praduga tak selingkuh)


Tidak dipungkiri bukan bila jaman sekarang, selingkuh bukan saja cuma monopoli kaum pria. Wanita juga bisa. Apalagi sekarang makin banyak wanita yang mengembangkan dirinya di luar rumah. Otomatis, pergaulannya juga jadi luas sehingga memungkinkan terjadinya perselingkuhan. Entah dengan atasan/rekan sekantor, relasi bisnis, maupun mantan pacar.
Tentunya perselingkuhan hanya bisa terjadi apabila ada yang "terjerat" dan ada yang "menjerat" atau dua-duanya sama-sama saling "menjeratkan diri". Tapi pada umumnya, orang mudah "terjerat" atau tergoda bila dirinya tak bisa menemukan kebahagiaan. Ia akan mencari hal-hal baru yang bisa menumbuhkan kembali kebahagiaannya. Dalam notes saya kali ini akan mengupas masalah ini sampai ke akar-akarnya. Agar apa yang pernah menjadi sebuah kesalahan tidak terulang oleh Anda ataupun orang-orang terdekat Anda.
Umumnya, ketidakbahagiaan dalam sebuah hubungan bersumber pada tak adanya komunikasi di antara pasangan. Keduanya tak pernah membicarakan harapan-harapan ataupun keinginan-keinginannya terhadap si pasangan. Intinya, bila harapan tersebut tak pernah dibicarakan, timbullah ketidakbahagiaan.Hanya Karena Adanya Kecocokan Secara Fisik
Dikarenakan macetnya komunikasi bisa terjadi sejak awal hubungan. Terlebih bila pasangan memutuskan untuk bersama karena merasa ada kecocokan secara fisik. Misalnya, kalau dengan dia, hati ini langsung bergetar sementara dengan yang lain, tidak. Sehingga kemesraan yang terjadi di awal-awal hubungan pun hanya sebatas ketertarikan fisik. Mereka tak pernah membicarakan hal-hal yang mendalam. Misalnya, perbedaan-perbedaan yang ada di antara mereka, hal-hal apa saja yang bisa diberikan atau diinginkan pasangannya.Praktis, dalam perjalanan sebuah hubungan akan timbul masalah karena masing-masing merasa, pasangannya tak sesuai dengan harapannya. Jika cuma cocok karena fisik, sesuai dengan berjalannya waktu, ketertarikan fisik ini akan menurun. Cintanya pun juga cinta secara fisik, bersifat memiliki. Akhirnya ia kecewa dan tak bahagia. Di sinilah ia amat rentan terhadap godaan.
Lain halnya jika sebuah pasangan sejak awal sudah siap untuk menjalani kehidupan bersama-sama dengan liku-likunya yang tak semata-mata fisik. Mereka bisa sharing pikiran, saling topang kalau ada persoalan, dan sebagainya.Sementara dari sisi si penggoda atau PIL/WIL, bisa jadi ia sebenarnya punya masalah yang sama. Mungkin ia datang dari keluarga yang tak bahagia. Hanya saja, dia menjadi orang yang lebih aktif, mencoba mengejar apa yang dibutuhkannya". Mulanya, mungkin ia akan berkilah, "Ah, kami cuma mau sharing aja, koq." Tapi lama-lama, bukan tak mungkin menjurus ke perselingkuhan.
Tetap Waspadai Tapi Bijak MenyikapiBersikap bijak, itulah yang akan saya sarankan. Kalau saat HP pria sedang wanita bawa, sering menerima telepon dari wanita yang mencari pasangannya, Jangan langsung berpikir si wanita bermaksud menggoda. Belum tentu ia tertarik pada pacar atau suami tapi cuma perlu figur ayah, misalnya, dan sosok itu ada pada diri pasangan Anda. Jadi ia hanya ingin mendekati pada sesuatu yang ia tak punya.Namun bukan berarti wanita tak perlu waspada. Yang penting perhatikan kepribadian suami. Apakah ada kemungkinan bisa tergoda? Lihat juga, apakah ada sinyal-sinyal yang menunjukkan ia memang tergoda? Biasanya wanita yang pergaulannya luas dan kenal dengan lelaki yang berselingkuh maupun tidak, akan memiliki kepekaan terhadap tanda-tanda tersebut.Juga harus dilihat apa pekerjaan sang pria. Jika pekerjaannya banyak berhubungan dengan klien semisal sebagai pengacara, pegawai bank atau dosen, bisa jadi telepon-telepon tersebut memang dari klien atau mahasiswinya. Makanya wanita harus tahu persis, jenis pekerjaan dan aktivitas apa saja yang dilakukan sang pria, yang berkaitan dengan profesinya. Dengan begitu, cemburu dan rasa was-was tak akan terjadi. Rasa curiga atau was-was, memang wajar terjadi. Namanya juga hubungan dua manusia. Namun harus dilihat ada kondisi dan kesempatan untuk tergoda atau tidak?Biasanya perasaan curiga/was-was terjadi lantaran si wanita menganggap pasangan sepenuhnya milik dia. Sebenarnya boleh saja kita merasa memiliki. Tapi kita juga harus sadar bahwa pasangan kita tetap milik dirinya. Jadi, kita harus mendorong pasangan untuk mengembangkan diri untuk meningkatkan kualitas hidup.
Makin bisa kita mengembangkannya, makin kita bisa mengapresiasi hubungan kita sendiri sehingga tak timbul perasaan cemburu saat ada 'serangan' dari luar. Kita pun akan dihargai oleh pasangan.Jangan berpikir bahwa dengan demikian maka kadar cinta kita amat sedikit. Sering saya bilang dalam notes-notes saya bahwa dalam bercinta, harus dilihat kebahagiaan siapa yang paling penting. Kalau kebahagiaan saya, maka semuanya diukur dari sudut saya. Tapi kalau kebahagiaan pasangan, berarti kita harus mengerti dia, menghargai segala macam yang ada padanya dan memberikan hal-hal yang memungkinkan ia mengembangkan diri, yang membuatnya bahagia. Kita pun menjadi bahagia kalau dia bahagia.
Bila Anda masih juga curiga pada pasangannya, berarti dirinya belum sepenuhnya mengerti pasangannya. Mungkin masih ada yang jadi misteri, sehingga belum sepenuhnya percaya pada pasangan. Hal-hal inilah yang harus dikuakkan.Tidak Mau Kalah Dan Menantang Berkelahi
Wanita biasanya suka menyalahkan diri sendiri bila pasangannya selingkuh. Hal ini disebabkan ada anggapan wanita harus meladeni dan mengurusi suami. Padahal, seharusnya pasangan saling melayani. Jika hanya satu arah, perasaan bersalah akan muncul karena ia merasa tak bisa melayani pasangan dengan baik.Perasaan-perasaan tersebut biasanya dialami oleh wanita yang konsep diri maupun harga dirinya kurang baik. Dirinya merasa lemah dan merasa banyak hal kurang dalam dirinya. Terutama pada wanita yang telah menjadi seorang istri yang fungsi pokoknya hanya sebagai istri saja, mengurusi anak dan suami. Ia tak bekerja, sehingga ia melihat dirinya secara kerdil.Sementara di pihak pria, biasanya akan langsung menantang berkelahi si PIL. Padahal bisa jadi pasangannya enggak berselingkuh, hanya membicarakan bisnis atau perkuliahan. Untuk itu, pihak wanita harus bisa bersikap bijak, Kalau melihat pria cemburu sementara ia merasa tak ada apa-apa, ya, undang saja si PIL untuk ketemuan atau ke rumah jika Anda sudah menikah. Selain pasangan Anda jadi kenal, juga jadi tahu apakah ia pantas untuk curiga atau tidak dengan si PIL. Di samping itu, wanita juga sekaligus membentengi dirinya terhadap "serangan" si PIL.
Jangan Libatkan AnakTak jarang juga neh terjadi bagi yang sudah menikah, suami-istri malah melibatkan anak. "Salah besar!". Saya memiliki kawan yang melakukan hal ini, dan saya melihat sendiri pengaruh terhadap perkembangan pola pikir anak. Kenapa saya melarang Anda, karena dengan melibatkan anak jika suatu saat suami-istri meledak, si anak ikut jadi sasaran, "Kamu, sih, mengadu pada ibumu/ayahmu!" Tentu saja hal semacam ini tak baik untuk perkembangan kepribadian anak. Ia bisa merasa traumatik dengan hubungan perkawinan terlebih pada pola pikir hubungan yang sehat dan setia. Pendidikan sejak dini itu memang penting, tapi bukan pendidikan semacam ini !!
Lagipula ga ada untungnya juga, dengan melibatkan anak hanya menunjukkan bahwa si orang tua belum dewasa. Orang tua butuh orang lain untuk back up (sekalipun itu anak sendiri), berharap si anak akan berpihak kepadanya. Ini berarti ia sudah membuka front dengan pasangannya.Lain halnya jika si anak yang bertanya, "Kenapa, sih, Ma, kok, wanita itu cari Papa terus?" Jawablah dengan netral, misalnya, "Mama juga enggak tahu. Barangkali Papamu bisa menjelaskan." Dengan begitu, si istri malah akan mendapatkan informasi lewat anaknya. Bukan dengan cara menghasut.
Jelas sudah, kunci utama dari semua ini adalah komunikasi antara suami dan istri. Jika tak pernah dibicarakan, curiga dan was-was tetap muncul. Yang kerap terjadi, malahan Istri akhirnya memata-matai suaminya 24 jam sehari. Akibatnya, ia jadi tegang terus. Energi dan pikirannya dicurahkan hanya untuk memanjakan ketegangan diri tersebut. Curiga yang terakumulasi ini tidak hanya pada pasangan yang sudah menikah, pada yang masih pacaranpun sama kasusnya, pada akhirnya bisa menyebabkan pasangan bisa berpisah atau bila sudah menikah akan bercerai.
Menghindari Peranan Emosi Terlalu Yang Dominan
Komunikasi amat penting karena akan membuka pikiran masing-masing dan sama-sama mendewasakan pasangannya. Bukankah dalam proses pembahagiaan pasangan, termasuk di dalamnya adalah bagaimana membantu pasangan berkembang menjadi dirinya sendiri? Kalau orang sudah merasa nyaman dengan dirinya, ia akan mempunyai kepuasan terhadap dirinya sehingga tak akan mudah tergoda.
Cara mengkomunikasikannya tentu bermacam-macam. Yang penting sifatnya bukan menuduh. Misalnya, wanita bisa memulai dengan, "Mas, telepon sering benar berbunyi. Kadang Mas tidak mau mengangkatnya. Nah, kalau ia menelepon lagi, aku mesti bagaimana?" Bisa jadi jawabannya ialah, "Terima saja. Barangkali ada hal penting. Kalau perlu, catat pesannya apa." Atau jawabannya malah, "Ah, kalau dia telepon lagi, biarin saja, enggak usah diladeni. Dia memang sedang mengejar-ngejar saya."
Bisakan, dari respon pasangan inilah kita bisa melihat perkaranya. Apakah memang berkaitan dengan pekerjaan atau bukan. Namun saya mengingatkan, suasana keakraban yang sudah terbentuk itu jangan lantas dirusak dengan balik menuduh si suami. Misalnya, "Awas, lo, kamu nanti tergoda beneran!" Hal ini justru akan memojokkannya. Sebaiknya suasana ini dijadikan ajang untuk membuka kemungkinan mendiskusikannya lebih lanjut, membahas masalah itu secara terbuka. Misalnya, "Ada apa, sih, sebetulnya? Kayak apa sih, mengejarnya?" Selanjutnya bisa terus dikejar dengan pertanyaan, misalnya, "Kamu sudah ke mana saja sama dia?" Mungkin ia malah akan mengaku, "Ya, pernah, sih, sekali."
Tapi kalau belum apa-apa kita langsung mencecar alias menuduh, pasangan tak bakal menjawab. Dia akan langsung defensif, karena merasa diserang. Jika pasangan mengaku, Jangan panas dulu. Pikirkan baik-baik karena bisa-bisa sumbernya adalah hubungan kalian yang kurang baik. Lebih baik lanjutkan diskusi untuk menguak hal-hal yang belum terbuka, "Kenapa sih, kok, kamu sampai pergi dengan dia dan bukan dengan aku?" Dari jawabannya akan ketahuan masalah sebenarnya. Misalnya, "Habis kamu selalu menolak kalau diajak."
Tahap berikut, bahaslah mengenai jalan keluar terbaik. Ingat, konsentrasi pada solusinya setelah Anda memahami permasalahannya. Ini amat penting untuk kelanggengan sebuah hubungan. Bukan soal kalah dan menang. Bukan mesti harus menuruti kemauannya atau tidak. Fokuskan pada solusinya. Ingat, jangan pula berbicara dengan nada penuh emosi. Jangan-jangan, suami yang tadinya tak selingkuh, malah sengaja melakukannya karena kecewa terhadap sikap curiga istri. Dengan kata lain, perselingkuhan itu dilakukannya sebagai reaksi dari serangan sang istri.
Jika sudah menikah, ada baiknya bila suami-istri tak bisa berkomunikasi berdua, saran saya segeralah, mintalah bantuan pihak ketiga semisal konselor perkawinan, psikolog, ahli agama, atau orang yang dituakan.Semoga apa yang saya sampaikan saat ini bisa dijadikan referensi moral dalam kehidupan romansa Anda, karena tak hanya sekedar menjadi opini pribadi saja apabila disertai oleh fakta ilmiahnya.
Demi kemajuan kita semua segeralah bergabung bersama kami di Fans Page : Broken Heart Survival Guide, untuk mendapatkan materi-materi berkualitas lainnya untuk sebuah infestasi besar dalam hidup Anda.

Indahnya berbagi cerita dan cinta terhadap orang lain seperti Anda.

Salam revolusi cinta.
Ingatkan untuk orang yang mencintai Anda

0 Response to "Waspadai ancaman godaan untuk selingkuh bagi pasangan yang telah lama menjalin hubungan (praduga tak selingkuh)"

Post a Comment