Antara Cinta dan kesetiaan (ketika ada keinginan untuk merusak kesetiaan)

·
Mencintai dan dicintai adalah suatu anugerah. Mengingkari komitmen untuk setia adalah dosa yang melawan kebaikan dan Tuhan. Jika dalam suatu kesempatan, Anda atau pasangan Anda mengingkari kesetiaan dengan berselingkuh, yang lain harus mengakui dan mau memaafkan.
Cinta memang tidak pernah kering menjadi sumber inspirasi bagi kehidupan. Cinta terukir dalam berbagai wujud, bisa dalam bentuk kata-kata, tindakan, suatu benda simbolis, dan banyak ragam tanda lainnya. Para seniman tak bosan-bosannya memilih tema cinta dalam karya-karyanya. Orang-orang (terutama para penikmat seni) juga tak pernah jengah dengan karya bernuansa cinta. Kategori “cengeng atau bermutu” menjadi tak terlalu penting karena cinta menjadi suatu kebutuhan. Kadang kala orang butuh juga cinta berkharakter cengeng. Atau kadang orang juga memerlukan cinta yang tegar berjiwa heroik.
Cinta tidak berjalan sendiri. Ada kesetiaan. Kolaborasi cinta dan kesetiaan memperkaya khazanah kehidupan menjadi putih bersih beraura positif.
Jutaan bahkan mungkin miliaran karya seni dari abad ke abad menyenandungkan cinta dan kesetiaan. Cinta dan kesetiaan melahirkan hidup dan kehidupan baru.
Orang gembel – kaya, butuh cinta dan kesetiaan.
Orang kasar – romantis, juga mendambakan cinta-kesetiaan
Orang jahat (menurut penilaian umum) – dan kaum agamawan pun menginginkan cinta-kesetiaan. Manusia dan alam semesta menyenandungkan harmoni cinta dan kesetiaan secara universal – bebas dari SARA.
Cinta dan Kesetiaan – dua sisi dalam satu mata keping yang tidak terpisahkan. Cinta menjadi landasan sebuah Kesetiaan. Di dalam kesetiaan terkandung nilai cinta yang mempersatukan. Sulit membayangkan ada cinta berdiri sendiri tanpa disertai kesetiaan. Demikian pula sulit memahami, ada sebuah kesetiaan tanpa landasan cinta di dalamnya. Cinta tanpa kesetiaan adalah kosong. Dan kesetiaan tanpa didasari cinta adalah kepura-puraan. Dalam kesetiaan ada komitmen melayani tanpa pamrih tulus ikhlas apa adanya berlandaskan welas asih.
Cinta bermakna amat luas sebebas kesetiaan. Para pemikir barat klasik bahkan sampai memilah-milah arti dan perwujudan cinta ke dalam beberapa istilah. Ada eros untuk cinta bernuansa erotis dan romantis yang lebih bersifat fisik. Ada philia – sebuah cinta bernuansa kasih persaudaraan persahabatan. Dan ada pula agape untuk cinta yang bersifat spiritual – cinta kepada Sang Pencipta Mahakuasa dan sesama. Dan inilah level cinta tertinggi.
Masih ada banyak wujud cinta dan kesetiaan. Sebut saja, cinta kepada tanah air, cinta diri sendiri atau narsis dan ada storge cinta pada keluarga.
Ada apa dengan cinta dan kesetiaan?
Cinta dan Kesetiaan tak selalu dipahami secara utuh dewasa. Makna cinta dan kesetiaan yang harmonis indah, kerap diseret ke dalam pemahaman yang sempit gelap demi kepentingan pribadi.
Dunia sosial politik kekuasaan dengan para aktornya sering menyeret cinta dan kesetiaan yang suci tulus ke dunia yang sempit dangkal. Maka lahirlah kaum penjilat dan loyalis semu. Kelompok ini ada dan hidup di mana-mana – di sekitar kita hingga detik ini.
Banyak contoh di mana penguasa dan kaum loyalis suatu ideologi (parpol) yang sedang berkuasa menindas yang lemah mengabaikan makna cinta dan kesetiaan. Bahkan lebih jauh, telah membawa cinta dan kesetiaan ke dalam lahan tindak anarkhis kriminal. Penyelewengan terhadap makna cinta dan kesetiaan, akan melahirkan ketidakadilan bahkan pengkhianatan terhadap nilai inti kehidupan: welas asih yang harmonis.
Dulu di daratan Eropa, sejarah cinta mencatat Kaisar Claudius II telah membunuh energi cinta kaum muda. Para pemuda (pasangan muda) dilarang melakukan perkawinan. Sang Kaisar bertitah, kaum muda dengan energinya yang perkasa lebih tepat jadi tentara untuk kepentingan perang. Pasangan kaum muda dilarang keras melakukan perkawinan.
Seorang filsuf humanis yang juga rohaniwan, Valentine menentang kebijakan kaisar dengan menikahkan pasangan-pasangan muda yang sedang mabuk cinta. Valentine pun lalu dihukum mati karena dianggap melawan titah kaisar.
Di negeri ini banyak kelompok orang yang cepat “emosi” ngamuk bergaya barbar ketika ada kelompok lain yang berbeda, tidak sewarna, sepaham – sealiran – seideologi. Saling serang secara fisik dan saling menyakiti. Yang lebih mengerikan lagi jika membawa-bawa dan mengatasnamakan TUHAN – Sang Maha Kuasa – Pencipta – Maha Pengampun dan Sang Maha Welas Asih untuk merusak, menyakiti, dan membunuh sesama hanya karena berbeda. Memangnya, siapa manusia? (Siapa sih lu?). Di ruang yang lebih kecil, di kantor misalnya, orang yang tidak senada seirama ditekan, diadu domba, dan disingkirkan bahkan dibunuh kharakternya.
Negeri ini sejatinya bukan hanya sedang dilanda sakit kemiskinan dan kebodohan yang parah, tapi juga sedang mengidap sakit pengkhianatan cinta dan kesetiaan terhadap hidup harmonis dan welas asih.
Kesetiaan sendiri
merupakan komitmen yang tak bisa dirusak dengan mudah. Setia berarti menepati semua komitmen seumur hidup. Jadi, jangan pernah berjanji bila Anda tak mampu menepatinya. Meski setia merupakan kata yang mudah diucapkan, tapi menepatinya tak semudah yang dikatakan.
Jika Anda setia pada pasangan Anda dan suatu hari pasangan Anda mengalami kecelakaan yang membuat dia cacat, tidak berarti bahwa Anda boleh mencari seseorang yang lebih baik. Jika Anda berkomitmen pada hubungan Anda dan ternyata pasangan Anda tiba-tiba gagal dengan bisnisnya, tidak berarti bahwa Anda harus mencari seseorang yang lebih kaya.
Setiap situasi datang silih berganti untuk menguji kesetiaan Anda. Di beberapa negara, hukum memperbolehkan untuk menceraikan pasangan Anda jika pasangan Anda mulai stres atau bahkan gila. Tetapi banyak orang setia di sana yang memutuskan untuk tetap bertahan bersama pasangannya bahkan ketika pasangannya mulai gila.
Setiap hubungan bersandar pada kebenaran dan kepercayaan. Jika suatu hubungan dimulai dengan kebohongan, maka hubungan itu tidak dapat dipertahankan. Karena fondasinya adalah kebohongan. Bagaimana sebuah kebenaran dapat tumbuh dari sebuah benih kebohongan? Hal pertama yang dibutuhkan dalam sebuah hubungan adalah kejujuran dalam semua aspek. Membodohi pasangan Anda supaya percaya pada kebohongan Anda adalah dosa.
Ketika Anda sudah memutuskan dan berkomitmen untuk setia, seharusnya Anda tidak mempunyai alasan untuk mengingkarinya. Dengan mengingkari komitmen Anda, Anda dapat menyakiti pasangan Anda yang sudah terlanjur percaya pada Anda.
Tetapi yang lebih menyakitkan adalah Anda akan menyakiti diri Anda sendiri dengan menjadi tidak setia dan tidak dapat diandalkan. Anda akan kehilangan harga diri Anda. Cinta dan kesetiaan berjalan beriringan. Bagaimana Anda berkata cinta pada pasangan Anda tetapi Anda tidak setia? It's impossible.
Mencintai dan dicintai adalah suatu anugerah. Mengingkari komitmen untuk setia adalah dosa yang melawan kebaikan dan Tuhan. Jika dalam suatu kesempatan, Anda atau pasangan Anda mengingkari kesetiaan dengan berselingkuh, yang lain harus mengakui dan mau memaafkan.
Tetapi akankah hubungan Anda tetap sama seperti sebelum Anda berselingkuh? Jawabannya tentu tidak! Kecuali kalau Anda beruntung memiliki seorang pasangan yang luar biasa pemaaf dan sabar, hubungan tidak akan pernah sama. Lebih baik Anda selalu menjadi orang yang jujur dan setia. Ada baiknya sebelum Anda mencoba berkomitmen pada pasangan Anda, cobalah berkomitmen pada diri Anda sendiri. Berkomitmen pada hal-hal kecil akan membuat Anda dapat berkomitmen pada hal yang lebih serius.
Silahkan ikuti setiap penerbitan notes saya setiap harinya di halaman dinding account facebook saya ini.
Atau bisa juga dengan bergabung dengan Fans Page : Broken Heart Survival Guide untuk mendapatkan kesempatan berinteraksi dengan kawan baru.

Indahnya berbagi cerita dan cinta terhadap orang lain seperti Anda.

Salam revolusi cinta
Kawan Anda yang setia membantu Anda.

0 Response to "Antara Cinta dan kesetiaan (ketika ada keinginan untuk merusak kesetiaan)"

Post a Comment